Memaknai Kembali Sang Khalik (1)

Dalam beberapa bulan yang lalu, saya melakukan pengamatan sederhana, dengan mengajukan tiga buah pertanyaan. Respondennya adalah mahasiswa saya sendiri, teman-teman kolega kerja, tetangga, teman-teman dari birokrat dan pengusaha. Jumlah keseluruhan mereka sekitar 30an orang, sangat sedikit untuk suatu data. Tentu kesimpulan yang diambil, akan jauh dari kesempurnaan validitasnya. Tapi tak apalah, paling tidak kesimpulannya bisa menjadi suatu indikator.

Saudaraku sekalian, pertanyaannya adalah; Pertama, apakah anada mempercayai adanya Tuhan? Kedua, Dimana Tuhan berada? dan yang Ketiga, (jika percaya), Apakah anda mencintai Tuhan? Jawablah dengan jujur dan dengan spontanitas.

Ketiga pertanyaan ini, saya ajukan tidak dengan lembar quisioner, tapi langsung dengan tanya jawab. Menarik kita amati kumpulan jawabannya. Untuk pertanyaan pertama, semuanya 100% menjawab, percaya, dengan mudah dan cepat menjawabnya. Bahkan sedikit meledek apakah sampeyan tidak percaya Tuhan. Continue reading

Tujuh Ciri Mendapatkan Kebaikan di Dunia

“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat yang kita mintai pertolongan adalah sebuah keharusan. Sebab, Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Setiap kejadian, Allah-lah yang menentukannya. Dia menentukan takdir setiap urusan makhluk-Nya. Karenanya, jangan heran jika setiap muslim dianjurkan berdoa kepada Allah baik dalam keadaan sempit atau pun lapang, agar kebaikan selalu ada bersamanya.

Ada sebuah doa yang sudah menjadi favorit kaum muslimin agar memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Setiap berdoa, kita biasanya tidak melewatkan untuk membaca doa ini. Doa ini berbunyi, “Rabbana atina fi dunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina ‘adzabannar”. Artinya, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” Continue reading

Memikul Beban Yang Lemah

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga ; mereka kekal di dalamnya.” (QS AL-Araf[7]:42)

Kebahagiaan adalah kebutuhan hakiki setiap manusia. Jalan untuk meraihnya tidak seluruhnya lurus dan mulus. Kita akan menemukan jalan bergelombang penuh belokan dan tanjakan, tidak rata, berdebu, dan berkerikil. Meski banyak hambatan untuk meraihnya, kita harus menyakini bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang akan dirasakan setiap manusia.

Seseorang akan merasa bahagia pada umumnya ketika ia sedang berada dalam kelapangan, misalnya saat mendapatkan rezeki berupa materi atau selamat dari suatu musibah. Tidak sedikit pula orang yang merasa bahagia saat dibebaskan dari kesulitan oleh orang lain. Seseorang yang hatinya sedang ruwet dan gelisah, akan kembali tenang, tentram, dan bahagia ketika dibantu dicairkan solusi oleh orang lain.

Kita seharusnya mengambil jalan berbeda untuk mengambil jalan kebahagiaan. Jika orang lain berbahagia karena dibantu oleh yang lainnya, justeru kita harus berbahagia ketika membantu orang lain. Continue reading